Sabtu, 06 November 2010

METODE PENDIDIKAN DALAM AJARAN ISLAM

KATA PENGANTAR

          Assalamu'alaikum.Wr.Wb.
          Puji syukur Kehadirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Ilmu Pendidikan Islam” yang di dalamnya membahas tentang Metode Pendidikan dalam ajaran agama Islam.
          Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya yang diajukan sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan. Untuk itu Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam penyusunan Makalah ini, khususnya kepada dosen pembimbing dan teman-teman sekelas lainnya. Dan Insya Allah apa yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
          Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk menyempurnakan Makalah ini dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
          Wasallamu ’alaikum. wr.wb

Manado, 15 Mei 2007
Penulis,

Nuraini Ibrahim


BAB I
PENDAHULUAN

          Dalam adagium Ushuliyah dikatakan bahwa, ”al-amru bi sya’i amru bi wasailihi, wa li al-wasail hukm al-maqashidi”. Artinya, perintah pada sesuatu (termasuk di dalamnya adalah pendidikan) maka perintah pula mencari mediumnya (metode) dan bagi medium hukumnya sama halnya dengan apa yang dituju. Senada dengan adagium itu firman Allah SWT, dinyatakan :
          Artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.
          Implikasinya adagium ushuliyah dan ayat tersebut dalam pendidikan Islam adalah bahwa pelaksanaan pendidikan Islam dibutuhkan adanya yang tepat, guna menghantar tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Materi yang benar dan baik, tanpa menggunakan metode yang baik maka akan menjadikan keburukan materi tersebut. Kebaikan materi harus ditopang oleh kebaikan metode juga. Dalam makalah ini penulis akan mencoba untuk menjelaskan tentang :
a. Apa yang menjadi hakekat dan pengertian dari metode pendidikan Islam ?
b. Apa yang menjadi tujuan, tugas dan fungsi dari pendidikan Islam ?
c. Bagaimana membuat prosedur pembuatan metode pendidikan Islam ?
d. Apa saja yamg menjadi asas-asas metode pendidikan Islam ?
e. Bagaimana cara melakukan pendekatan dalam metode pendidikan Islam ?
f. Apa bentukmetode dan teknik pendidikan Islam ?

BAB II
PEMBAHASAN


1. Hakekat Metode Pendidikan Islam
          Secara etimologi metode barasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kosa kata, yaitu ”meta” yang berarti melalui dan ”Hodos” yang berarti jalan, jadi metode berarti jalan yang dilalui. Menurut pendapat Runes yang dikutip oleh Mohammad Noor Syam menjelaskan tentang pengertian metode, yaitu :
a. Metode adalah sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.
b. Metode adalah sesuatu teknik mengetahuai yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu.
c. Metode adalah suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.[1]
          Berdasarkan pendapat Runes di atas, bila dikaitkan dengan proses pendidikan Islam maka metode adalah suatu prosedur yang di pergunakan pendidik dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pendidik. Ada juga orang yang berpendapat bahwa :
a. Menurut Athiyah Al-Abrasyi : Metode adalah jalan yang lurus yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada peserta didik.
b. Menurut Abdul Al-Aziz : Metode adalah cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan, kebiasaan berpikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan sekolah.[2]
          Dilihat dari sudut pandang filosofis, metode adalah merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara esensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
          Secara etimologi pendidikan ditinjau dari bahasa arab yaitu berasal dari kata ”Tarbiyah” yang berarti pendidikan. Dalam bahasa arab kata tarbiyah berasal dari tiga akar kata yaitu :
a. Rabba, yarbu, tarbiyah yang bermakna bertambah, berkembang. Artinya, pendidikan (tarbiyah) merupakan proses menumbuhkembangkan apa yang ada pada peserta didik, baik secara fisik, psikis, sosial maupun spritual.
b. Rabba, yurbi, tarbiyah yang bermakna tumbuh menjadi besar atau dewasa. Artinya pendidikan merupakan usaha menumbuh dan mendewasakan peserta didik baik secara fisik, psikis, sosial dan spritual.
c. Rabba, yarubbu, tarbiyah maknanya memperbaiki, memelihara, merawat, mengasuh memberi makan, mengatur dan lain-lain. Artinya, pendidikan merupakan usaha untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki, dan mengatur kehidupan peserta didik agar ia dapat survice lebih baik dalam kehidupannya.
          Secara terminologi pendidikan dapat diartikan oleh beberapa ahli yaitu:
a. Crow and Crow, berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan kebudayaan serta kelembagaan sosialnya dari generasi kegenerasi.
b. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah segala sesuatu yang menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat mendapat keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
          Dari sinilah kemudian lahir beberapa pendapat baru tentang metode pendidikan, yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :
a. Ahmad Tafsir : Metode pendidikan adalah semua cara yang digunakan dalam upaya mendidik.[3]
b. Abdul Munir Mulkam : Metode pendidikan adalah suatu cara yang dipergunakan untuk menyampaikan atau mentransformasikan isi atau bahan pendidikan.[4]
c. Al –Syaibani : Metode pendidikan adalah segala segi kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya ciri-ciri perkembangan peserta didiknya dan suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk mencapai proses belajar yang di inginkan dan perubahan yang dikehendaki pada tingkah laku mereka.[5]
          Perumusan pengertian metode pendidikan islam biasanya disandingkan dengan teknik, yang mana keduanya saling berhubungan. Metode pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai tujuan pendidikan di dasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat Islam sebagai suprasistim. Sedangkan teknik pendidikan Islam adalah langkah-langkah kongkrit pada waktu seorang pendidik melaksanakan tugas di kelas.[6]
          Dalam penggunaan metode pendidikan Islam yang perlu dipahami adalah bagaimana seorang pendidik dapat memahami hakikat metode dan relevansinya dengan tujuan utama pendidikan Islam, yaitu membentuk pribadi yang beriman yang senantiasa siap sedia mengabdi kepada Allah SWT. Disamping itu, pendidik perlu memahami metode-metode intruksional yang aktual yang ditunjukan dalam Al Qur’an atau yang dideduksikan dari Al Qur’an dan dapat memberi motifasi dan disiplin atau dalam istilah Al Qur’an disebut dengan pemberian anugrah (Tsawab) dalam hukuman (’Iqab).[7] Selain kedua hal tersebut, bagaimana seorang pendidik dapat mendorong peserta didiknya untuk menggunakan akal pikiranya dalam menelaah dan mempelajari gejala kehidupannya sendiri dan alam sekitarnya, hal ini seperti yang dijelaskan dalam firman Allah :
          ”Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa Sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu”(Q.S. Fushilat : 53)
          Mendorong peserta didik untuk mengamalkan ilmu pengetahuannya dan mengaktualisasikan keimanan dan ketakwaannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam firman Allah :
          ”Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS. Al-Ankabut : 45)
          Seorang pendidik pun perlu mendorong peserta didik menyelidiki dan meyakini bahwa islam merupakan kebenaran yang sesungguhnya, serta memberi peserta didik dengan praktik amaliah yang benar serta pengetahuan dan kecerdasan yang cukup.[8]

2. Tujuan, Tugas, dan Fungsi Pendidikan Islam
          Pendidik dalam proses pendidikan Islam tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah materi yang akan diberikan kepada peserta didiknya, tetapi ia harus menguasai berbagai metode dan teknik pendidikan guna kelangsungan transformasi dan internalisasi mata pelajaran. Hal ini karena metode dan teknik pendidikan islam tidak semua dengan metode dan teknik pendidikan yang lain.
          Tujuan diadakan metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar ajaran islam lebih berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran islam melalui teknik motifasi yang menimbulkan gairah belajar peserta didik serta mantap. Selain itu tujuan pendidikan islam mencakup tiga faktor yaitu :
a. Aspek Koknitif : yaitu pembinaan akal pikiran, seperti kecerdasan, kepandaian, daya nalar)
b. Aspek Afektif : yaitu pembinaan hati, seperti pengembangan rasa, kesadaran, kepekaan emosi dan kematangan spritual
c. Aspek Psikomotorik : Yaitu pembinaan jasmani, seperti badan sehat, mempunyai keterampilan.[9]
          Tugas utama metode pendidikan islam adalah mengadakan aplikasi prinsip-prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan pengetahuan agar sisiwa mengetahui, memahami, menghayati, dan meyakini materi yang diberikan. Serta meningkatkan keterampilan oleh pikir. Selain itu, tugas utama metode pendidikan islam adalah membuat perubahan dalam sikap dan minat serta memenuhi nilai dan norma yang berhubungan dengan pelajaran dan perubahan dalam pribadi dan bagaimana faktor-faktor tersebut diharapkan menjadi pendorong kearah perbuatan nyata.[10]
          Secara esensial metode sebagai alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan itu mempunyai fungsi :
a. Polipragmatis
          Manakala metode itu mengandung kegunaan serba ganda (multi purpose). Misalnya metode tertentu pada suatu situasi dan kondisi tertentu dapat dipergunakan untuk merusak, pada situasi dan kondisi lain dapat digunakan untuk membangun atau memperbaiki kegunaanya dapat bergantung kepada si pemakai atau padacorak dan bentuk serta kemampuan dari metode sebagai alat. Contoh, dalam hal ini seperti Audio Visual Methods yang mempergunakan Vidio Casette Recorder yang dapat merekam dan menayangkan semua jenis film baik yang moralis maupun pornografis.
b. Monopragmatis
          Monogpragmatis yaitu alat yang hanya dapat dipergunakan untuk mencapai satu macam tujuan saja. Contoh, Metode eksperimen ilmu alam yang menggunakan laboratorium ilmu alam, hanya dapat dipergunakan untuk eksperimen-eksperimen bidang ilmu alam dan tidak dipergunakan untuk eksperimen ilmu-ilmu lain seperti ilmu sosial.[11]
c. Mengarahkan keberhasilan belajaran, memberi kemudahan kepada peserta didikan untuk belajar berdasarkan minat, serta mendorong usaha kerja sama dalam kegiatan belajar mengajar.
d. Memberi inspirasi pada peserta didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan peserta didik yang seiring dengan tujuan pendidikan islam.[12]
          Perlu dipahami bahwa penggunaan metode dalam pendidikan islam pada prinsipnya adalah pelaksanaan sikap hati-hati dalam pekerjaan mendidik dan mengajar. Hal ini mengingat bahwa sasaran pendidikan islam itu adalah manusia yang telah memiliki kemampuan dalam untuk dikembangkan. Sikap kurang hati-hati akan dapat berakibat fatal sehingga mungkin saja kemampuan dasar yang telah dimiliki peserta didik itu tidak akan berkembang secara wajar atau pada tingkat yang paling fatal itu menyalahi hukum-hukum dan arah perkembangnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah SWT, tuhan pencipta sekalian alam. Untuk itu sangat dibutuhkan pengetahuan yang utuh mengenai jati diri manusia dalam rangka membawa dan mengarahkannya untuk memahami realitas diri, tuhan dan alam semesta sehingga ia dapat menemukan essensi dirinya dalam lingkaran realitas itu.

3. Prosedur Pembuatan Metode Pendidikan
          langkah-langkah yang ditempuh oleh para pendidik sebelum pembuatan metode pendidikan islan adalah memperhatikan persiapan mengajar (lesson plan) yang meliputi pemahaman terhadap tujuan pendidikan islam, penguasaan materi pelajaran, dan pemahaman teori-teori pendidikan selain teori-teori pengajaran. Prosedur pembuatan metode pendidikan islam adalah dengan memperhatikan faktor-faktor yang memengaruhinya, yang meliputi:[13]
a. Tujuan Pendidikan Islam. Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa pendidikan itu dilaksanakan? Tujuan pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu aspek kogniti, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
b. Peserta didik. Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan untuk apa dan bagaimana metode itu mampu mengembangkan peserta didik dengan mempertimbangkan berbagai tingkat kematangan, kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya.
c. Situasi. Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan bagaimana sera kondisi lingkungannya yang mempengaruhi.
d. fasilitasi. Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan dimana dan bilamana termasuk juga berbagai fasilitas dan kuantitasnya.
e. pribadi pendidik. Faktor ini digunakan untuk menjawab pertanyaan oleh siapa serta kompetensi dan kemampuan profesionalismenya yang berbeda-beda.
          Tidak selamanya satu metode selalu baik untuk saat yang berbeda-beda. Baik-tidaknya bergantung pada beberapa faktor yang mungkin berupa situasi dan kondisi, atau persesuaian dengan selera, atau juga karena metodenya sendiri yang secara intrinsik belum memenuhi persyaratan sebagai metode yang tepat guna, semuanya sangat ditentukan oleh pihak yang menciptakan dan melaksanakan metode juga objek yang menjadi sasarannya.

4. Asas-Asas Pelaksanaan Metode Pendidikan Islam
          Asas-asas pelaksanaan metode pendidikan Islam pada dasarnya dapat di formulasikan sebagai berikut :[14]
a. Asas Motifasi
          pendidik harus berusaha membangkitkan minat peserta didiknya sehingga seluruh perhatian mereka tertuju dan terpusat pada bahan pelajaran yang sedang disajikan. Asas motivasi dapat di upayakan melalui pengajaran dengan cara menarik sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik, mengadakan selingan yang sehat, menggunakan alat-alat perasa yang sesuai dengan sifat materi, menghindari pengaruh yang mengganggu konsentrasi peserta didik, mengadakan kompetisi sehat dengan memberikan hukuman yang bijaksana.
b. Asas Aktivitas
          Asas ini menghindari adanya verbalistis bagi peserta didik. Asas aktivitas dapat di upayakan dengan aktivitas jasmani berupa penelitian, eksperimen, pembuatan konstruksi model, cocok tanam atau juga dengan aktivitas rohani berupa ketekunan dalam mengikuti pelajaran, mengamati secara cermat, berpikir untuk menyerahkan problem dan tergugah perasaannya, dan kemauan keras untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Seperti dalam firman Allah SWT.(an najm 39-41)
          Artinya : ”Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya, Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna” .(QS. An Najm: 39-41)
c. Asas Apersepsi
          aspersepsi adalah gejala jiwa yang di alami jika kesan baru masuk ke dalam kesadaran seseorang yang berjalin dengan kesan-kesan lama yang sudah dimiliki disertai proses pengelolaan, sehingga menjadi kesan yang lebih luas. Asas apersepsi bertujuan menghubungkan bahan pelajaran yang akan diberikan dengan apa yang telah dikenal oleh peserta didik.
d. Asas Peragaan
          dalam asas ini, pendidik memberikan variasi dalam cara-cara mengajar dengan mewujudkan bahan-bahan yang di ajarkan secara nyata, baik dalam bentuk aslinya maupun tiruan (model-model), sehingga peserta didik dapat mengamati dengan jelas dan pengajaran lebih tertuju untuk mencapai hasil yang diinginkan. Asas ini diupayakan melalui berbagai macam alat peraga secara wajar, yaitu dengan meragakan pelajaran dengan percobaan, membuat herbarium, ruang eksposisi, bulletin board, poster serta menyelenggarakan karyawisata dan mengadakan sandiwara, sosiodrama, pantonim dan drama. Nabi sering memeragakan sewaktu mengajarkan meteri pada umat-umatnya, seperti yang dikenal dengan ”sunnah fi’liyah”.dan dalam pepatah arab dikatakan :
          ”tindakan itu lebih baik dari ucapan.”Sabda Nabi SAW :

ﺼﻠﻮﺍﻜﻣﺎﺭﺃﻴﺘﻤﻮﻨﻲﺃﺼﻠﻲ

          ”shalatlah kalian sebagai kalian melihat aku sholat.”(HR. Al-Bukhari)
e. Asas Ulangan
          asas yang merupakan usaha untuk mengetahui taraf kemajuan atau keberhailan belajar peserta didik dalam aspek pengetahuan keterampilan, serta sikap setelah mengikuti pengajaran sebelumnya. Hal ini karena penguasaan pengetahuan mudah terlupakan oleh peserta didik apabila dialami hanya sekali atau diingat setengah-setengah. Oleh karena itu, pengetahuan yang sering diulang-ulang menjadi pengetahuan yang tetap berkesan dalam ingatan dan dapat difungsikan dengan baik. Asas ulangan dapat melalui okasional, yaitu dibarikan secara kebetulan atau cara sistimatis, yaitu diberikan secara teratur, kontinu dan terencana. Oleh karena itu, Allah SWT, sering mengingatkan agar manusia selalu mengulangi ibadah tanpa ada akhirnya sehingga mendatangkan suatu kebenaran seperti dalam firman Allah :
          Artinya : ”Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal)”. (QS. Al Hijr: 99)
          Artinya : ”Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".(QS. Al Baqarah :132)
e. Asas Korelasi
          pendidik harus menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan pelajaran lainnya. Itulah sebabnya dalam setiap pengajaran, pendidik harus menghubungkan suatu bahan pelajaran dengan bahan pelajaran lainya, sehingga membentuk mata rantai yang erat. Asas korelasi akan menimbulkan asosiasi dan apersepsi dalam kesadaran dan sekaligus membangkitkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran, seperti dalam firman Allah SWT, yang mengajarkan untuk mengorelasikan sesuatu pada sesuatu yang lain.
         Artinya : ”Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka Tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka Tidakkah kamu memikirkannya?”. (QS. Yusuf :109)
f. Asas Konsentrasi
          asas yang mengfokuskan pada suatu pokok masalah tertentu dari keseluruhan bahan pelajaran untuk melaksanakan tujuan pendidikan serta memperhatikan peserta didik dalam segala aspeknya. Asas ini dapat diupayakan dengan memberikan masalah yang menarik seperti masalah yag baru muncul.
g. Asas Individualisasi
          asas yang memperhatikan perbedaan-perbedaan individu, baik pembawaan dan lingkungan yang meliputi seluruh pribadi peserta didik, seperti perbedaan jasmani, watak, inteligensi, bakat serta lingkungan yang memengaruhinya, aplikasi asas ini adalah agar pendidik dapat mempelajari pribadi setiap peserta didik, terutama tentang kepandaian, kelebihan, kekurangan, dan memberi tugas sebatas dengan kemampuannya.seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT :
          Artinya : ”Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (QS. Al Baqarah : 286)
h. Asas Sosialisasi
          asas yang memperhatikan penciptaan suasana sosial yang dapat membangkitkan semangat kerja sama antara peserta didik dan masyarakat sekitarnya, dalam menerima pelajaran agar lebih berdaya guna dan berhasil guna.
i. Asas Evaluasi
          asas yang memperhatikan hasil dari penilaian terhadap kemampuan yang di miliki peserta didik sebagai feedback pendidik dalam memperbaiki cara mengajar. Asas evaluasi tidak hanya diperuntukan bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik, yaitu sejauh mana keberhasilannya dalam menunaikan tugasnya.
j. Asas Kebebasan
          asas yang memberikan keleluasaan keinginan dan tindakan dan peserta didik dengan dibatasi atas kebebasan yang mengacu pada hal-hal positif. Asas ini mengandung tiga aspek positif. Asas ini mengandung tiga aspek yaitu, self-directednees, self-discipline dan self-control. Asas ini menyarankan membuat keputusan-keputusan tentang tindakan seseorang di dasarkan pada ukuran kebajikan, dan mampu membuat pilihan berdasarkan nilai-nilai pribadi dan adanya pengarahan diri sehingga sistem kontroldiri berkembang.
k. Asas Lingkungan
          asas yang menentukan metode dengan berpijak pada pengaruh lingkungan akibat interaksi dengan lingkungan. Walaupun peserta didik lahir dengan berbekal pembawaan, pembawaan itu masih bersifat umum yang harus dikembangkan melalui interaksi lingkungan, sehingga pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang tidak bersatu, tetapi saling membutuhkan mengingat pembawaan merupakan batas-batas kemungkinan yang dapat dicapai dari lingkungan.
l. Asas Globalisasi
          asas sebagai akibat pengaruh psikologi totalitas, yaitu peserta didik bereaksi terhadap lingkungan secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secra fisik, sosial dan sebagainya.
m. Asas Pusat-Pusat Minat
          Asas yang memperhatikan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan suatu hal yang berharga bagi seseorang. Sesuatu berharga apabila sesuai dengan kebutuhan. Pelaksanaan atas pusat-pusatminat dalam islam dengan ruang lingkupnya terdiri atas bahan hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan sesama manusia dan manusia terhadap alam semesta.
n. Asas Keteladanan
          asas keteladanan efektif digunakan pada fase belajar peserta didik lewat peniruan terhadap kebiasaan dan tingkah laku orang disekitarnya.
o. Asas Pembiasaan
          Asas yang memperhatikan kebiasaan-kebiasaab yang dilakukan oleh peserta didik. Pembiasaan merupakan upaya praktis dalam pembinaan dan pembentukan peserta didik. Uapaya pembiasaan sendiri dilakukan mengingat manusia mempunyai sifat lupa dan lemah.
          
          Secara umum, asas-asas metode pendidikan islam itu menurut al-Syaibani,[15] adalah :
a. Asas agama : yaitu prinsip-prinsip, asas-asas, fakta-fakta umum yang diambil dari sumber asasi ajaran Islam, yakni Al Qur’an dan Sunnah Rasul.
b. Asas Biologis : yaitu dasar yang mempertimbangkan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia peserta didik.
c. Asas Psikologis : yaitu prinsip yang lahir diatas pertimbangan kekuatan psikologis, seperti motifasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan kecakapan atau kapasitas intelektual
d. Asas Sosial, yaitu asas yang bersumbar dari kehidupan sosial manusia seperti tradisi, kebutuhan-kebutuhan, harapan-harapan dan tuntutan kehidupan yang senantiasa maju dan berkembang. Selain itu ada juga asas ideal, asas Ta’budiyyah, dan asas tasyri’i.[16]

5. Pendekatan Pendidikan Islam
          Perwujudan metode pendidikan Islam dapat dikonfigurasikan dalam bentuk metode pendidikan yang luasnya mencakup pendekatan (approach)-nya. Untuk pendekatan pendidikan islam, dapat berpijak dalam firman Allah SWT, sebagai berikut :
          Artinya : “Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah : 151)
          Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung”. (QS. Ali-Imran : 104)
          Dari kedua pendekatan itu jalaludin Rahmat [17] dan Zainal Abidin Ahmad[18] merumuskan pendekatan pendidikan islam dalam enam kategory, yaitu :
a. Pendekatan Tilawah (Pengajaran)
          Pendekatan tilawah ini meliputi membacakan ayat-ayat Allah yag bertujuan memandang fenomena alam sebagai ayat-Nya, mempunyai keyakinan bahwa semua ciptaan Allah yang memiliki keteraturan yang bersumber dari rabb al-’alamin, serta memandang bahwa segala yang tidak diciptakan-Nya secara sia-sia belaka. Bentuk tilawah mempunyai indikasi tafakur ( berfikir) dan tadzakur( berdzikir), sedangkan aplikasinya adalah pembentukan kelompok ilmiah, bimbingan ahli, kompetisi ilmiah dengan landasan akhlak Islam dan kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya, misalnya penelitian, pengkajian, seminar, dan sebagainya.
b. pendekatan tadzkiah ( penyucian)
          pendekatan ini meliputi mensucikan diri dengan upaya amar ma’ruf dan nahi mungkar ( tindakan pro aktif dan tindakan reaktif ). Pendekatan ini bertujuan untuk memelihara kebersihan diri dan lingkungannya, memelihara dan mengembangkan akhlak yang baik, menolak dan menjauhi akhlak tercela, berperan serta dalam memelihara kesucian lingkungannya. Indikator pendekatan ini adalah fisik, psikis dan sosial. Aplikasi bentuk pendekatan ini adalah adanya gerakan keberhasilan, kelompok-kelompok usrah, riyadha keagamaan, ceramah, tabliq, pemiliharaan syiar Islam, kepemimpinan terbuka, teladan pendidikan, serta pengembangan kontrol sosial.
c. Pendekatan Ta’lim Alkitab
          Mengajarkan Al-Kitab (Al-Qur,an) dengan menjelaskan hukum halal dan haram. Pendekatan ini bertujuan untuk membaca, memahami dan merenungkan Al Qur’ann dan As-Sunnah sebagai keterangannya. Pendekata ini bukan hanya memahami fakta, tetapi juga makna dibalik fakta, sehingga dapat menafsirkan informasi secara kreatif dan produktif. Indikatornya pembelajaran membaca Al Qur’an, diskusi tentang Al Qur’an dibawah bimbingan para ahli, memonitor pengkajian islam, kelompok diskusi, kegiatan membaca literatur islam, dan lomba kreativitas islam.
d. pendekatan Ta’lim Al-Hikmah
          pendekatan ini hampir sama dengan pendekatan ta’lim al-kitab, hanya saja bobot dan proporsi serta frekuensinya diperluas dan dipebesar. Indikator utama pendekatan ini adalah mengadakan perenungan, reinovasi dan interprestasi terhadap pendekatan ta’lim Al-Kitab. Aplikasi pendekatan ta’lim la hikmah ini dapat berupa studi banding antar lenbaga pendidikan, antar lenbaga pengkajian, antar lembaga penelitian, dan sebagainya. Sehingga terbentuk suatu konsesus umum yang dapat dipedomani oleh masyarakat islam secara universal dan sebgai pembenahan atas tdak relevannya pendekatan ta’lim Al Kitab.
e. Yu’allim-kum ma lam takunu ta’lamun
          suatu pendekatan yang mengajarkan suatu hal yang memang benar-benar asing dan belum diketahui, sehingga pendekatan ini membawa peserta didik pada suatu alam pemikiran yang benar-benar luar biasa. Pendekatan ini mungkin hanya dapat dinikmati oleh nabi dab rasul saja, seperti adanya mukjizat, sedangkan manusia biasa hanya bisa menikmati sebagian kecil saja. Indikator pendekatan ini adalah penemuan teknologi canggih yang dapat membawa manusia pada penjelajahan ruang angkasa, sedangkan aplikasinya adalah mengembangkan produk teknologi yang dapat mampermudah dan membantu kehidupan manusia sehari-hari.
f. Pendekatan Ishlah (perbaikan)
          pelepasan beban dan belenggu-belenggu yang bertujuan memiliki kepekaan terhadap pendirian orang lain, sanggup menganalisis kepincangan-kepincangan yang lemah, memiliki komitmen memihak bagi kaum yang tertindas, dan berupaya menjebatani perbedaan paham. Disamping itu, pelepasan beban dan belenggu ini bertujuan memelihara ukhuwah islimiah dengan aplikasinya kunjungan ke kelompok dhu’afa, kampaye amal saleh, kebiasaan bersedekah, dan proyek-proyek sosial, serta mengembangkan badan amil zakat Infak dan Sedekah (BAZIS).
g. Pendekatan Filosof
          berdasarkan pendekatan filosofis, pendidikan islam dapat diartikan sebagai tudiproses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut konsepsi filosofis, bersumeberkan kitap suci Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW. pendekatan filosofis ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau ”Homo rational” sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berpikir dapat di kembangkan[19].
h. Pendekatan Induksi-Deduksi
Ø Pendekatan Induksi
          Pendektan Induksi adalah suatu pendekatan yang menganlisanya secara ilmiah, bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang bersifat umum (universal).
Ø Pendekatan Deduksi
          Pendekatan deduksi adalah kebalikan dari pendektan induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, sementara deduksi adalah sebaliknya, yaitu suatu cara analisa ilmiah yang bergerak dari hal-hal yag bersifat umum (universal) kepada hal-hal yang bersifat khusus.
i. Pendekatan Sosio-Kultural
          pendekatan ini bertumpuh pada pandangan banwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan yang berkebudayaan sehingga dipandang sebagai ”Homo socius” dan ”Homo sapien ” dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan. Pada hakikatnya, manusia itu disamping sebagai makhluk individual juga sebagai makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia senatiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau kelompok yang lebih luas lagi yaitu masyarakat.
j. Pendekatan fungsional
          Sesuai dengan pengertian fungsional yaitu ”dilihat dari segi fungsi” [20] maka yang dimaksud dengan pendekata fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan Islam dalam ini adalah penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfatannya bagi siswa bagi kehidupan sehari-hari.
k. Pendekan Emosional
          Pendekan Emosional yaitu usaha untuk mengegah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami dan menghayati ajaran agamanya. melalui pendektaan emosional, setiap guru atau pendidik selalu berusaha untuk ”membakar” semangat anak didiknya dalam melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an.

6. Bentuk Metode Dan Teknik Pendidikan Islam
          Bentuk-betuk metode pendidikan Islam yang relevan dan efektif dalam pengajaran ajaran Islam adalah. [21]
a. Metode Diakronis
          Metode diakronis adalah suatu metode mengajar ajaran Islam yang menonjolkan aspek sejarah. Metode ini memberikan kemungkinan adanya studi komperatif tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu penegatahuan, sehingga peserta didik memiliki pengetahuan yang relevan, memiliki hubungan sebab akibat atau kesatuan integral. Lebih lanjut peserta didik dapat menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya tiap komponen, subsistem, bagian, sistem, dan suprasistem ajaran Islam. Wilayah metode ini lebih terarah pada aspek kognitis.
b. Metode Sinkronis – Analitis
          Metode Sinkronis – Analitis adalah suatu metode pendidikan yang memberi kemampuan analisis teoritis yang sangat berguna bagi perkembangan keimanan dan mental intelek. Metode ini semata-mata mengutamakan atau aplikasi praktis. Teknik pengajarannya meliputi diskusi, lokakarya, seminar, kerja kelompok, resensi buku.
c. Metode Problem Solving (Hill al-Musykilat)
          Metode Problem Solving merupakan pelatihan peserta didik yang dihadapkan pada berbagai masalah suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya. Metode ini dapat dikembangkan melalui teknik simulasi, micro teaching dan critical incident (tanqibiyah). Didalam metode ini, cara mengasakan ketrampilan lebih dominan ketimbang pengembangan mental-intelektual, sehingga terdapat kelemahan, yakni perkembangan pikiran peserta didik mungkin hanya terbatas pada kerangka yang sudah tetap dan akhirnya bersifat mekanistik.
d. Metode Empiris (Tajribiyah)
          Metode Empiris (Tajribiyah) adalah suatu metode yang memungkinkan peserta didik mempelajari ajaran islam melalui proses realisasi, aktualiasi,serta internalisasi norma-norma dan kaidah islam melalui proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial. Kemudian secara deskriptif, proses-proses interaksi dapat dirumuskan dalam suatu sistim norma baru. Keuntungan metode ini adalah peserta didik tidak hanya memiliki kemampuan secara teorites-normatife, tetapi juga adanya pengembangan deskriptif inovasi beserta aplikasinya dalam kehidupan sosial yang nyata.
e. Metode Induktif (al-Istiqraiyah)
          Metode Induktif (al-Istiqraiyah) adalah metode yang dilakukan oleh pendidik dengan cara mengajarkan materi yang khusus menuju pada kesimpulan umum. Tujuan metode adalah agar peserta didik bisa mengenal kebenara-kebenaran dan hukum-hukum suatu risert. Prosedur pelaksanaan metode induktif dapat dilakukan dengan empat tahap, yaitu :
Ø Adanya penjelasan dan penguraian serta penampilan topik pikiran yang umum
Ø Menampilkan pokok-pokok pikiran dengan cara menghubung-hubungkan masalah tertentu, sehingga dapat mengakibatkan bahasan untuk menghindari masuknya bahasan yang tidak relevan
Ø Aplikasi formula yang baru tersebut
f. Metode Deduktif
          Metode Deduktif adalah metode yang dilakukan oleh pendidik dalam pengajaran ajaran Ilam melalui cara menampilkan kaidah yang umum kemudian menjabarkannya dengan berbagai contoh maslah sehingga menjadi terurai. Realisasi dari metode in dapat diaplikasikan dengan cara-cara praktis yang disebut dengan teknik pendidikan Islam. Adapun teknik-teknik pendidikan islam adalah :[22]
Ø Teknik Periklanan (Al-Ikhbariyah) dan teknik Pertemuan (Al-Muhadharah)
          Untuk merealisasikan metode ini dapat digunakan model-model sebagai berikut :
ü Teknik Ceramah (lecturing/al-mawidhah)
ü Teknik Tulisan (Al-Kitabah)
Ø Teknik Dialog (Hiwar)
ü Teknik Tanya Jawab (AL-As’alah wa Ajwibah)
ü Teknik Diskusi (Al Naqasy)
ü Teknik Bantah-bantahan (Al-Mujadalah)
ü Teknik Brainstorming (Sumbang Saran)
Ø Teknik Bercerita (Al-Qishash)
Ø Teknik Metafora (Al-Amtsal)
ü Simbolisme Verbal
ü Teknik Karyawisata (Al-Rihlah Al-Ilmiyah)
Ø Teknik Imitasi (Al-Qudwah)
ü Teknik Uswatun Hasanah
ü Teknik Demonstrasi dan Dramatisasi (Al-Tabliq)
ü Teknik Permainan dan Simulasi (Game and Simulation)
Ø Teknik Drill (Al-Muhamarasah Al-Amal)
ü Teknik Inquiry (kerja kelompok)
ü Teknik Discovery (Penemuan)
ü Teknik Micro Teaching
ü Teknik Modul Belajar
ü Teknik Belajar Mandiri (Independent study)
Ø Teknik Pengambil Pelajaran dari Suatu Peristiwa (Ibrah)
ü Eksperimen
ü Teknik Penyajian Kerja Lapangan
ü Teknik Penyajian Secara Kasus
ü Teknik Penyajian Non-directive
Ø Teknik Pemberian Janji dan Ancaman (Targhib wa Tarhib)
ü Teknik Pemberian Bimbingan dan Ampunan
ü Pemberian Motivasi dan Peringatan (Al-Tasywiq dan Al-Tadzikir)
ü Teknik Anugerah dan Hukuman (Tsawav dan Iqab)
Ø Teknik Koreksi dan Kritik (Al-Tanqibiyah)
Ø Teknik Perlombaab (Al-Musabaqah)
ü Teknik Muthala’an atau Qira’ah (Membaca)
ü Teknik Imla’ (Dikte)
ü Teknik Muhadatsah (Dialog)
ü Teknik Insya’ Tahriry (Mengarang)
ü Teknik Makhfudzat (Hafalan)
Ø Teknik Qawa’id (Pengajaran Berdasarkan Kaidah)

DAFTAR PUSTAKA

Ø Mujib Abdul dan Mudzakir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam,Kencana Perdana Media, Cet. 1, Jakarta, 2006
Ø Al-Rasyidin dan Nizar Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Press, Edisi Revisi, Ciputat, 2002.
Ø An-Nahwi Abdurrahman, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, C. V. Diponegoro IKAPI, Cet. 3, Bandung, 1996
Ø Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Ciputat Press, Cet. 1, Jakarta 2002
Ø Tafsir Ahmad, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Rosda, Cet. 6, Bandung, 2005

[1] Di ambil dari buku : Dr. Al Rasyidin, M.A. dan Dr. H. Samsul Nizar. M.A., Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat : Edisi Revisi, PT Ciputat Press, 2005), hal. 66. yang dikutip dari buku : Mohammad Noor Syam, Falsafah Pendidikan Pancasila, (Surabaya : Usaha Nasional, 1986), hal. 24
[2] Di ambil dari buku : Dr. Abdul Mujid, M.Ag dan Dr. Jusuf Mudzakir, M.Si, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta, Kencana Perdana Media, Cet. 1, 2006), hal. 126. yang di kutip dari buku : Omar Muhammad Al-Thaumi Al-Syaibani, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung (Jakarta, Bulan Bintang, 1979), hal. 551-552
[3] Ibid. Op. Cit. Di kutip dari buku : Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1992), hal. 131
[4] Ibid. Di kutip dari buku : Abdul Munir Mulkam, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta : SI Press, 1993), hal. 250
[5] Ibid. Op. Cit. hal 553
[6] Ibid. Op. Cit. hal 166. di kutip dari : Tim Depag RI, Islam Untuk Disiplin Pendidikan, (Jakarta, P3AI-PTU, 1984), hal. 157
[7] Ibid. Di kutip dari buku : Abd Rachman Shaleh, Teori-teori pendidikan berdasarkan Al Qur’an, Terj. Arifin H M, Judul asli : Educational Theory A Qur’anic Out Look, (Jakarta : Rineka Cipta, 1991), hal. 98.
[8] Ibid. Di kutip dari buku : Arifin H M, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bina Aksara, 1987), hal. 118
[9] Ibid. hal 168. di kutip dari buku : Mahfudz Shalahuddin, Metodology Pendidikan Agama, (Surabaya : Bina Ilmu, 1987), hal. 24-25.
[10] Ibid.
[11] Ibid. Op. Cit. hal. 67. di kutib dari buku : M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 97-98
[12] Ibid. Op. Cit. hal 67-68
[13] Ibid. hal 168. dikutip dari buku : Winarno Surakhmat, Dasar Dan Teknik Interaksi Mengajar dan Belajar (Bandung : Tarsito, 1973), hal 19-93
[14] . Ibid. hal 170-176. di kutip dari buku : Tim Depag RI, Metodik khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: DPPTAI, 1981), hal. 97-105. Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia,1990), hal. 96-110. Imansjah Alipandie, Dedaktik Metodik Pendidikan Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), hal.16-41.
[15] Ibid. Op. Cit. hal 99
[16] Abdurrahman an-Nahwi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam, (Bandung : IKAPI, 1996), hal. 50-117
[17] Ibid. Op. Cit. di kutip dari buku : Jalaludin Rahmat, Islam Alternative, (Bandung, Mizan, 1991), hal. 117-119
[18] Ibid. di kutip dari buku : Memperkembangkan Dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 1987), hal. 138-140
[19] Dr. Armai Arief, M.A, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta, Ciputat Press, 2002), H 99-106
[20] Ibid, H 105
[21] Tim Depag RI, Islam untuk…., h. 151-159. Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Ruh Tarbiyah wa al-Ta’lim, (Saudi Arabia: dar al-Ahya’, tt), h. 271-288. Abdul Rahman Shaleh Abd Allah, op.cit. h. 217-218
[22] Ibid. Op. Cit.hal 183

1 komentar:

  1. afwan ukhti.... tulisan IBROHIM dalam bahasa arabnya itu harusnya huruf H nya H besar bukan H kecil. afwan

    BalasHapus