Minggu, 07 November 2010

PSIKOLOGI

BULIMIA NERVOSA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
          Merasa tidak puas dengan kondisi badan, sangat perhatian pada berat badan dan gangguan makanan merupakan pola perilaku yang biasa dijumpai pada mahasiswi. Rata-rata 1-2 % populasi wanita muda mengalami sindroma bulimia dan lebih dari 10 % dapat digolongkan secara klinis sebagai Bulimia Nervosa, devinisi diperoleh dari kriteria bulimia nervosa tanpa adanya kecenderungan frekuensi dari binge eating (makan secara berlebih-lebihan). Ganguan makanan ini menyebabkan gangguan fisik serius dan hilang kepercayaan diri, harga diri, malu dan masalah serta gangguan psikologis lainnya.
          Akhir-akhir ini telah ditemukan bahwa dangan perhatian pada berat dan bentuk badan merupakan faktor-faktor resiko gangguan makanan. Sangat perhatian terhadap berat dan bentuk badan karena adanya ketakutan bertambah berat badan, cemas akan bentuk badan, sejarah diet dan kegemukan. Hal ini menambah keyakinan bahwa mengurangi perhatian secara berlebihan dan meningkatkan kepuasan pada tubuh akan mengurangi masalah gangguan makanan dalam populasi beresiko tinggi (Taylor & Altman, 1997).
          Untuk mencegah meningkatnya gangguan makanan, maka intervensi berbasis sekolah telah direkomendasikan (Center for Disease Control and Prevention, 1996; Neumark, 1996). Meskipun program pencegahan dirancang untuk merubah sikap dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan makanan secara umum belum berhasil sepenuhnya tetapi menunjukan bahwa intervensi menggunakan CBO (cognitive Behavior Orientation) mampu mengurangi rasa tidak puas terhadap kondisi badan (Garant & Cash, 1995).

B. Deskripsi Gejala Campuran
1. Gambaran umum Psikologi
          Dalam pengertian sehari-hari, kita sering mendapati arti yang bermacam-macam dari kata “Psikologi”. Kebanyakan orang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa, tetapi adapula yang berpendapat psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku atau perilaku.
          Arti harafiyah dari perkataan psikologi berasal dari dua kata Yunani, yaitu “Psyche” artinya jiwa dan “logos” artinya nalar atau ilmu. Sehingga psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jiwa atau ilmu jiwa.
          Titik tolak lain dalam pendefinisian psikologi adalah bahwa jiwa itu selalu diekpresikan melalui raga atau badan, sehingga disebut juga ilmu ekspresi. Psikologi sering juga disebut sebagai ilmu tentang tingkah laku yaitu ilmu yang mempelajari orang sebagai individu atau kelompok yang melalui tingkah laku.
Ilmu jiwa mempunyai obyek material yaitu manusia, sifatnya deskriptif, impersonal dan faktual. Menurut Plato obyek ilmu jiwa adalah daya-daya yang terdapat dalam jiwa manusia yang meliputi :
1. Daya pikir atau reasons
2. Daya kemauan, semangat atau spirit.
3. Daya napsu atau appetitive.
          Berdasarkan ketiga daya ini maka manusia terdapat tiga jenis kualitas yaitu :
1. Kebijaksanaan yang berasal dari akal (reasons)
2. Keberanian yang bersumber dari kemauan (spirit)
3. penguasaan diri yang bersumber dari napsu (appetitive)
          Seorang ahli kesehatan kususnya dokter, dalam menjalankan tugasnya memerlukan pengetahuan yang luas termasuk pengetahuan ilmu jiwa. Karena yang dihadapi seorang dokter itu adalah pasien yang tidak lain adalah manusia-manusia yang sedang mengalami gangguan kejiwaannya, apakah itu diakibatkan karena penyakitnya ataukah faktor-faktor yang lain. Seorang pasien harus dibimbing sampai pada suatu tahap tertentu dimana mereka dapat dinyatakan sehat dan dapat melaksanakan aktivitas selayaknya manusia lain. Dengan tanggung jawab yang diembannya tanpa harus tergantung dan membebani orang lain lagi, sehat secara jasmani dan rohani, biologis maupun psikologis.
2. Gambaran Khusus Gejala Campuran
a. Perhatian
          Perhatian merupakan salah satu aktivitas jiwa dapat didefinisikan sebagai proses pemusatan terhadap fase-fase atau unsur-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya. Dengan demikian, bahwa kejelasan pengalaman seseorang amat tergantung pada intensitas proses perhatian. Setiap kekuatan yang merangsang seseorang yang bersalah dari dalam badan dan diluarnya, dapat menarik perhatian. Ini berarti dalam perhatian ada dua peristiwa yang penting yaitu :
 “Selektivitas” dimana individu mendorong tingkah laku untuk mengkonsentrasikan diri pada sekumpulan perangsang (satu obyek) dan tidak mereaksi terhadap semua rangsangan dari luar. Jadi ada proses pemilihan.
 “Skema-antisipasi”, ialah kesepian individu untuk setiap saat menerima dan mereaksi terhadap perangsang. Maka, “memperhatikan”, berarti mengkonsentrasikan diri mengarahkan aktivitas psikis pada satu titik sentral.
 Menurut bentuknya perhatian dibedakan atas :
a) Perhatian sengaja, yaitu perhatian yang terjadi apabila individu ingin menyaring secara kuat dan ingin menangkap kesan penginderaan secara lebih jelas.
b) Perhatian tidak sengaja, yaitu perhatian dimana tidak ada usaha sadar dari individu untuk memusatkan perhatiannya pada suatu penginderaan tertentu tetapi inderanya secara tak sengaja terpusatkan pada bagian-bagian indra tertentu.
c) Perhatian habitual, yaitu kecenderungan individu untuk memusatkan perhatiannya pada hal-hal tertentu dalam setiap keadaan lingkungan dengan meninggalkan perangsang-perangsang lainnya.
 Menurut sifatnya perhatian dibedakan atas :
a) Perhatian spontan langsung atau direct, dan perhatian paksaan, yaitu perhatian yang tidak dengan sengaja individu merasa senang terhadap objek yang diamati. Sebaliknya bila tidak senang kepada sesuatu yang harus diperhatikannya, maka terjadi perhatian paksaan (perhatian bersyarat).
b) Perhatian konsentratif dan perhatian distributive. Kalau individu memusatkan pikiran, perasaan dan kemauan kepada “satu” objek saja, maka disebut perhatian konsentratif. Bila individu membagi-bagi perhatiannya pada banyak objek dinamakan perhatian distributive.
c) Perhatian sempit dan perhatian perseveratif. Dinamakan perhatian sempit, bila terjadi fikasi dari perhatian atau melekatnya perhatian kepada satu objek yang terbatas. Perhatian yang konsentrative dan melekat terus menerus itu, disebut perhatian perseveratif.
d) Perhatian sembarangan (random attention), yaitu perhatian yang tidak tetap, mudah berubah-ubah, berpindah pendah dari objek yang satu kepada objek yang lain, dan tidak tahan lama.
          Perhatian dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal (diluar individu), maupun faktor internal (dalam diri individu).
 Factor-faktor eksternal, diantaranya meliputi :
a) Perangsang yang berubah menarik perhatian
b) Perangsang yang kuat menarik perhatian
c) Perangsang yang luar biasa menarik perhatian
d) Benda-benda yang berhubungan dengan kebutuhan dasar individu, biasanya juga menarik perhatian seseorang.

 Faktor-faktor internal, diantaranya meliputi :
a) Minat dan keinginan individu menentukan perhatian
b) Pekerjaan yang sedang kita laksanakan menetukan perhatian
c) Perasaan menentukan perhatian
d) Kebiasaan juga menentukan perhatian seseorang
 Penyimpangan-penyimpangan perhatian
          Penyimpangan-penyimpangan perhatian (inattention) merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang pada suatu saat tertentu, dimana perhatiannya ditunjukan pada hal-hal lain, sehingga tidak sesuai dengan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung. Hal ini terjadi karena dorongan baik oleh faktor-faktor internal, sesaat individu lelah, lapar, dan lain sebagainya. Faktor eksternal sesaat, misalnya objek yang monoton, tetapi selalu sama dan lain sebagainya.
          Pada umumnya hal-hal yang menimbulkan penyimpangan perhatian lebih condong bersumber dari fator eksternal yang disebut sebagai “gangguan perhatian”.
b. Kelelahan
          Manusia, sejak lahir sampai menjelang meninggal dunia mempunyai dorongan-dorongan untuk berbuat, bergerak dan melakukan bermacam-macam kesibukan. Gerakan-gerakan yang dilakukan itu tidak sama bentuk dan tingkatnya antara individu yang satu dengan yang lainnya. Namun kesemuannya itu membutuhkan kekuatan dan kemampuan. Pada suatu saat, kekuatan untuk berbuat itu makin lama makin berkurang, baik kekuatan jasmani maupun rohani, dan hal ini berpengaruh terhadap prestasi-prestasi yang akan dicapainya.
          Gejala menurunnya kekuatan manusia untuk melakukan sesuatu disebut “kelelahan”. Kelelahan adalah isyarat, bahwa energi tubuh menjadi sangat berkurang, sebagai akibat penggunaannya untuk menyelesaikan macam tugas pekerjaan.
Teori kelelahan :
a) Teori Intoksinasi : (into = Intra berarti dalam, toxicum berarti racun. Karena orang bekerja, maka terjadilah penambahan pertukaran zat dalam tubuh. Muncullah produk pembakaran, yang diserap darah, kemudian diangkut kesusunan syaraf sentral. Disinilah benda-benda itu menyebabkan terbentuknya semacam benda beracun, yang menimbulkan gejala kelalahan, baik yang sifatnya lokal misalnya pada lengan, bahu, kaki dan juga terasa keseluruh tubuh.
b) Teori biologis
          Teori ini termasuk baru, yang mencari sebab-sebab kelesuan dari hukum-hukum hidup manusia. Teori ini dipelopori oleh psikolog berkebangsaan Amerika bernama Thorndike. Teori ini menjelaskan bahwa olah kerja yang berkepanjangan akan muncul dua gejala, yaitu subtraksi atau berkurangnya energi, sehingga timbul gejala kelelahan dan gejala additie yaitu kecenderungan untuk mengurangi dan menghambat, sehingga mengakibatkan menurunnya : curve satifaksi/kepuasan. Dengan kata lain, muncullah rasa bosan dan enggan untuk melanjutkan pekerjaan. Teori ini menyatakan bahwa bila berkelanjutannya pekerjaan, maka akan semakin banyak timbul reaksi-reaksi instinktif yang menghambat kelancaran kerja.
Disamping kelelahan fisik, individu jaga mengenal kelelahan psikis yang sering muncul seperti gejala lesu dan muncul gangguan dalam fungsi-fungsi psikis, seperti berkurangnya daya konsentrasi dan minat, hilang daya ingatan, cepat lupa dan lain sebainya. Jadi jelaslah bahwa kelelahan adalah gejala normal dan menjadi produk dari semua pekerjaan.
c. Sugesti
          Sugesti adalah pengaruh terhadap kehidupan psikis dan segenap perbuatan individu, dimana perasaan, pikiran dan kemauan sedikit banyak dibatasi oleh karenanya. Orang-orang yang mudah terkena sugesti disebut “sugestibel” dan mereka yang memiliki daya pengaruh terhadap orang lain disebut “sugestif”. “Otosugesti” adalah sugesti yang keluar dari diri sendiri, mempunyai pengaruh yang besar terhadap sukses dan gagalnya usaha seseorang. Kecemasan dan ketidak percayaan diri misalnya, memberi pengaruh sugestif yang melemahkan pada pribadi, sebaliknya optimisme dan kepercayaan diri memberikan sugestif positif pada keberhasilan suatu pekerjaan.
          Sugesti mempunyai makna yang besar dalam pemastian dan pembuktian fakta sosial, misalnya disekolah-sekolah, dibidang perguruan, dibalai pengadilan, bidang pemerintahan, penentuan keputusan dan lain-lain. Individu bisa tersugesir oleh nasehat-nasehat, informasi lisan dan tulisan di surat-surat kabar dan lain-lain. Betatapan besarnya pengaruh sugesti terhadap orang lain, tetap saja ada batas pengaruhnya. Agar sugesti bisa diterima, diperlukan alat psikis yang sama, yaitu pikiran dan perasaan yang kurang lebih sejenis dalam kehidupan sendiri, sama dengan milik pemberi sugesti. Tanpa persamaan tersebut, sugesti tidak mungkin diterima oleh individu yang bersangkutan. 

BAB II
STUDI KASUS

1. Identitas Kasus
Nama : Zahara
Tempat tanggal lahir : Manado, 29 Maret 1988
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Jln. Arielasut, Kec Singkil, Kel Ternate Baru, lingkungan IV No 85

2. Deskripsi Kasus
           Zaa adalah seorang mahasiswi Semester II disebuah fakultas Negeri, mulanya dia adalah sosok gadis yang ceriah, suka bergaul dan selalu aktive dalam berinteraksi dalam sebuah diskusi, orangnya sederhana akan tetapi memiliki berat badan yang kurang ideal. Dalam bila berinteraksi dengan teman-temannya dia suka minder karena melihat postur tubuhnya yang besar. Hal inilah yang memicu Zaa untuk menggunakan obat-obat pelangsing tubuh, mengurangi porsi makannya secara drastis, bahkan pernah mencoba untuk tidak makan selama 3 hari. Hal ini dia lakukan demi mendapatkan sosok tubuh yang ideal seperti temannya. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga membuat dia mengalami gangguan makanan. Kondisi lemah yang dihasilkan dari menahan lapar selama beberapa hari sehingga mengantarkan dia pada titik puncak kelaparan. Sehingga memicu napsu makan dari Zaa untuk menyantap makanan sebanyak-banyaknya. Namun karena takut tubuhnya lebih melar dia mencoba untuk mengeluarkan makanan yang telah masuk kedalam perutnya. Baik itu keluar dengan cara sendirinya maupun karena dipaksa. Lama kelamaan hal ini sudah menjadi kebiasaan. Dari sini karakternya sudah mulai berubah, dia jadi pendiam, mudah marah akan tetapi dia juga mudah merasa bersalah, dia juga sudah kadang berdiskusi kelompok karena kondisi fisiknya yang cepat lelah. sampai akhirnya dokter memvonis dia menderita penyakit Bulimia Nervosa atau mengalami gangguan makanan.


BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Bulimia Nervosa
          Bulimia nervosa merupakan suatu kelainan dengan cirri terjadi peristiwa secara berulang, dimana seseorang banyak makan tetapi kemudian mengeluarkannya kembali (memuntahkan makanan tersebut atau menggunakan obat pencahar peluruh kemih atau kedua-duanya), diet yang berlebihan atau melakukan gerak tubuh secara berlebihan untuk menghilangkan akibat banyak makan (Halgin & Whitbhourne, 1994).

B. Penderita Bulimia Nervosa
          Biasanya Bulimia nervosa diderita oleh remaja 14-18 tahun (seperti yang terjadi pada usia Zaa) dan ada beberapa orang yang mengalaminya pada umur-umur yang lebih muda maupun yang lebih tua. Kebanyakan memang diderita oleh remaja putri, tetapi ada beberapa kasus yang terjadi pada remaja putra. Menurut penelitian pengidap gangguan ini sebanyak 90-95% diderita oleh remaja putri dan banyak ditemukan pada golongan sosial ekonomi menengah keatas (www.iqeq.web.id).

C. Penyebab Bulimia Nervosa
          Ketika memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi sangat perhatian atas pertambahan berat badan mereka. Terjadi perubahan fisiologis tubuh yang kadang kala mengganggu. Biasanya ini terjadi pada remaja putri dari pada remaja putra. Bagi remaja putri mereka mengalami pertambahan jaringan lemak sehingga mereka mudah untuk gemuk apabila mengkonsumsi makanan berkalori tinggi. Berdasarkan penjelasan biologis karena pada masa remaja hormon seksual progesterone dan estradiol sudah mulai aktif, kedua hormon ini mempengaruhi pemasukan kalori dan berat badan. Kalau dulu makan apapun tidak berefek bagi badan tetapi setelah pubertas , baru makan coklat sepotong saja berat badan terasa naik 1 kg.
          Zaa adalah salah satu dari remaja putri yang mengalami gangguan makanan seperti yang diatas, yaitu orang yang memiliki masalah dengan body imagenya, artinya Zaa sudah memiliki Mind set (pemikiran terpatri otak) bahwa tubuhnya gemuk, banyak lemak disana-sini, tidak seksi seperti teman-temannya dan lain-lain yang intinya tidak sedap dipandang mata dan tidak semanarik tubuh teman-temannya. Akibat pemikiran yang sudah terpatri ini Zaa melihat tubuhnya terkesan gemuk padahal kenyataannya justru berat badannya semakin turun sehingga akhirnya menjadi sangat kurus. Zaa akan selalu dihantui rasa bersalah manakala banyak makan karena hal itu akan mengakibatkan berat badannya naik.
Masalah Body menyebabkan remaja menjadi tidak percaya diri dan sulit untuk menerima kondisi dirinya. Mereka beranggapan bahwa kepercayaan diri akan tumbuh kalau mereka juga memiliki tubuh yang sempurna. (sempurna disini adalah kurus). (www.rader.com).

D. Gejala-gejala Bulimia Nervosa
          Gejala-gejala yang Nampak pada penderita Bulimia Nervosa, diantaranya adalah gejala yang dialami oleh Zaa :
 Zaa mengkonsumsi makanan secara terus menerus dan mengkonsumsi dengan cepat sejumlah makanan yang relative banyak ketika kehilangan control diikuti oleh keadaan yang sangat membahayakan seperti mengeluarkan kembali makanan, diet yang berlebihan, dan gerak tubuh yang berlebihan.
 Zaa sangat memiliki keinginan untuk kurus, dan selalu merasa gemuk meskipun berat badannya dibawah ukuran normal.
 Kehilangan berat badan yang sangat nyata
 Berhenti menstruasi tiga bulan berturut-turut atau lebih padahal dalam kondisi tidak hamil.
 Zaa sering mengalami rasa kecapean dan lemah.

E. Dampak yang ditimbulkan dari Bulimia Nervosa
          Mungkin jika digolongkan penyakit yang diderita oleh Zaa ini belum termasuk dalam Bulimia Nervosa berat atau bisa dikatakan Zaa bukan penderita berat. Namun apabila tidak dicegah akan berdampak pada kemungkinan-kemungkinan yang lebih parah.
          Beberapa penderita bulimia nervosa dapat menurunkan berat badannya antara 25-50% dari berat badan mereka. Jika gangguan bulimia ini tidak segera ditangani maka akan membawa dampak masalah baik secara fisik maupun psikis yang serius, bahkan kasus yang terparah menyebabkan kematian.
Dampak fisik yang umumnya terjadi pada penderita Bulimia :
 Kehilangan nafsu makan, hingga tidak dapat mengkonsumsi makanan apapun
 Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan (pada kasus yang disertai bulimia)
 Lemah dan tidak bertenaga
 Sulit berkonsentrasi
 Adanya gangguan menstruasi
 Kematian

          Dampak fisik juga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kondisi psikis seseorang sehingga masalah psikologis yang muncul adalah :
 Perasaan tidak berharga
 Sensitive, mudah tersinggung dan mudah marah
 Mudah merasa bersalah
 Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain dan menarik diri dari lingkungan
 Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak
 Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makanannya.
 Minta perhatian orang lain.
 Depresi (sedih terus menerus)

F. Pencegahan dan penanganan Bulimia Nervosa
          Biasanya penderita apabila sudah parah, akan sulit sekali untuk disembuhkan bahkan tidak jarang yang berakhir dengan kematian. Untuk itu diperlukan tindakan-tindakan pencegahan agar tidak mengalami ganguan tersebut :
 Makan secara normal, diet yang seimbang sejak usia muda
 Adakan diskusi keluarga tentang bulimia nervosa sebelum anak-anak menjadi remaja. Mereka yang mengetahui kondisi ini dan konsekuansinya tentu tidak akan suka menderita akbat kelainan tersebut.
 Bila ingin mengurangi berat badan, mulailah program pengurangan berat badan dengan bantuan seorang ahli gizi atau lakukan sendiri sesudah membaca tentang cara yang baik untuk melakukan diet.

          Pengertian tubuh ideal perlu kita kaji lagi, apakah memiliki tubuh yang kurus, langsing atau seksi menurut gambaran masyarakat? Rasanya tidak ada yang lebih ideal dibandingkan dengan memiliki tubuh yang sehat. Apabila kita kurus, langsing dan seksi akan tidak berguna apabila pada kenyataanya menyiksa diri dan akhirnya malah sakit. Tetapi menjadi tidak baik pula kalau akhirnya kita memanjakan diri kita dengan aneka makanan sehingga berat badan berlebih dan malah beresiko tinggi untuk terkena penyakit. Oleh sebab itu lebih baik mengatur pola makan yang seimbang agar dapat mencapai tubuh yang ideal yaitu sehat. Jika remaja ingin mendapatkan tubuh yang sehat yaitu kurus tetapi tetap fit atau gemuk tetapi tetap lincah dan segar, maka ada beberapa hal yang dapt dilakukan :
 Konsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan pola makanan yang seimbang
 Olah raga yang teratur
 Tidur secukupnya
 Tidak mengkonsumsi obat-obatan yang tidak perlu.
 Selalu berpikir positif. 

BAB IV
PENUTUP

A. Keismpulan
          Dari uraian diatas Penulis dapat menarik satu kesimpulan bahwa Bulimia Nervosa atau biasa juga disebut dengan binge eating-purguing yang merupakan jenis penyakit ganguan makanan menyebabkan kondisi fisik yang tidak stabil. Artinya kelaparan yang diperlukan untuk kurus mengakibatkan makan berlebihan selanjutnya. Penderita berat akan berdampak sampai kepada kematian.

B. Saran
          Hindari penyakit ini sebelum diri anda mengalaminya, dan apabila anda telah mengalami atau menderita penyakit ini, lakukanlah langkah-langkah yang ada pada cara pencegahan penyakit bulimia nervosa.

DAFTAR PUSTAKA

 Shalahuddin, Pengantar Psikologi Umum; Bina Ilmu, Surabaya. 1991
 Santrrock, Perkembangan Masa Hidup, Erlangga, Jakarta. 2002
 Munandir, Bimbingan dan Konselinng Pribadi, IKIP Malang. 1989
 Richard, Pengantar Psikologi, Interaksara, Batam.
 www.iqeq.web.id.2001. Bulimia Pada Remaja Putri
 www.rader.com. 2001. Eating Disorder

Tidak ada komentar:

Posting Komentar